PALANGKA RAYA – Mangenta ialah tradisi turun-temurun dari nenek moyang suku Dayak yang memiliki nilai spiritual dengan istilah kuman behas taheta atau makan beras baru, merupakan kegiatan pesta atau memanjatkan puji syukur atas dimulainya panen padi pada saat musim tiba untuk menuai. Mangenta sendiri adalah proses mengolah kenta atau beras ketan dengan cara disangrai dan ditumbuk dengan lesung.
Proses menampi beras dengan nyiru atau membersihkan beras dari gabah dan kotoran lainnya (foto: ayu/kaltengtv.com)
Beras ketan yang memiliki tekstur yang lengket bagi masyarakat Dayak menjadi simbol persatuan. Maka dari itu tidak jarang pada saat acara keluarga atau pada perkumpulan masyarakat Dayak sering disajikan olahan dari ketan.
“Kenta atau ketan ini merupakan kudapan yang dinikmati bersama-sama dengan petani atau masyarakat setempat jelang musim untuk menuai padi. Kenapa ketan? Karena bagi masyarakat Dayak Kalteng filosofi dari tekstur lengket ketan itu merupakan simbol dari kesatuan, kebersamaan, menguatkan tali persaudaraan dan kerukunan antar masyarakat suku dan budaya. Ketika ketan disajikan maka akan terasa nilai kebersamaan,” jelas Effrata dewan juri lomba mangenta.
Peserta lomba Mangenta diberi waktu 4 jam untuk gotong-royong mengolah beras ketan. (foto : ayu/kaltengtv.com)
Mangenta atau mengolah ketan membutuhkan waktu yang cukup lama sekitar 4-5 jam. Proses yang cukup rumit ialah ketika menentukan tingkat suhu api oleh kayu bakar agar ketika beras ketan disangrai bisa kering dengan sempurna. Kemudian beras ketan yang sudah disangrai tadi ditumbuk dengan lesung agar kulitnya terkelupas.
“Yang membuat proses mangenta ini memakan waktu yang cukup panjang adalah ketika mengsangrai beras ketan diatas api hingga garing kemudian ditumbuk. Kalau bara api yang digunakan tidak panas maka ketika ditumbuk kulit ketan akan sulit mengelupas, hal ini lah yang buat proses menjadi lama,” tambahnya.
9 regu dari kabupaten/kota se-Kalteng menumbuk beras ketan dengan lesung untuk kemudian (foto: ayu/kaltengtv.com)
Dengan menggunakan pakaian adat daerah atau kostum petani, 9 regu dari kabupaten/kota se-Kalimantan Tengah yang beranggotakan 5 orang saling berbagi tugas dalam lomba mengolah ketan atau mangenta pada Festival Budaya Isen Mulang tahun 2023 di halaman GOR Serbaguna jalan Tjilik Riwut Km.5 pada Jum’at (26/5).(ayu/yon)